Pada tataran aplikasi hokum (tathabiq al-syar’iyah) terkait proses penyusunan RUU/Raperda mungkin pilihan jatuh pada kreasi mengembangkan asas-asas ijtihad yang dikenal pada jajaran ulama sunni. Misalnya : ‘Umumu al-Balwa, Qaul Shahabi, Qaul Tabi’in, Mura’atu al-Khilaf, Kondisi Dharurat, asas ‘Urf/Ta’amul, ‘Amalu Ahli al-Madinah, Istihsan, Syar’u al-Dzara’i, Istishhab, Mashalih Mursalah, Maqashid al-Syari’ah, Siyasah Syar’iyah dan lain sebagainya.
Operasionalisasi asas-asas ijtihad tersebut perlu didukung kearifan mengenali bobot masalah ijtihadiyah terutama: Frame (bingkai) masalah, Konteks (keterkaitan) dengan kepentingan individu atau kebijakan publik, dampak pada sektor aqidah dan ghirah diniyah, kadar kesulitan dalam pelaksanaan, membuka peluang hilah hukum dan resiko berjangka panjang. Oleh karena itu kompleksitas masalah di negara plural agamanya, maka perumusan hokum yang memberdayakan asas ijtihad harus dilakukan secara kolektif (jama’iy) dan terjamin taat kaidah istidlal.
No comments:
Post a Comment